Senin, 28 April 2014

PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI MASALAH KHUSUS DAN MASALAH-MASALAH KHUSUS DALAM LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

A.    Definisi laporan keuangan konsolidasi masalah khusus
Laporan keuangan konsolidasi masalah khusus adalah laporan keuangan gabungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak, dimana dalam laporan keuangan tersebut terdapat masalah-masalah khusus dalam pembukuan laporan keuangan induk dan anak.

B.     Masalah-masalah Khusus Dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
a.      Laba antar perusahaan yang berafiliasi (intercompany profits)

Didalam laporan keuangan konsolidasi , laba/ rugi serta kenaikan/ penurunan nilai barang, jasa maupun harta tak bergerak yang telah diakui oleh masing-masing pihak harus dihapuskan (dielimanasi).
     Obligasi antar Perusahaan (intercompany bond holdings)
Seperti halnya transaksi jual beli baik berupa barang-barang dagangan, jasa-jasa maupun fasilitas-fasilitas produksi lainnya. Maka sangat dimungkinkan terjadinya pemilikan obligasi (surat hutang) dari suatu perusahaan oleh perusahaan lain didalam lingkungan perusahaan yang berafiliasi. Didalam neraca yang dikonsolidasi hutang piutang tersebut harus dieliminasi (dihaspuskan), sehingga hanya obligasi yang dimiliki oleh pihak diluar perusahaan yang yang berafiliasi dilaporkan sebagai hutang obligasi.
Pada mulanya obligasi dapat dijual/dikeluarkan dengan kurs diatas maupun dibawah nilai nominalnya. 
Pada masalah obligasi antar perusahaan, metode pencatatannya hanya dibedakan berdasarkan pada :
a.       Penjualan oleh Induk
 b.   Penjualan oleh Anak
a.      Saham prefferen dan saham biasa anak (subsidiaries with preffered and common stock)
1)      Saham Biasa
Saham Biasa adalah suatu sertifikat atau piagam yang memiliki fungsi sebagai bukti pemilikan suatu perusahaan dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima sebagaian pendapatan tetap / deviden dari perusahaan serta kewajiban menanggung resiko kerugian yang diderita perusahaan.
1)      Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang pemiliknya akan memiliki hak lebih dibanding hak pemilik saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapat dividen lebih dulu dan juga memiliki hak suara lebih dibanding pemegang saham biasa seperti hak suara dalam pemilihan direksi sehingga jajaran manajemen akan berusahan sekuat tenaga untuk membayar ketepatan pembayaran dividen preferen agar tidak lengser.

2)      Sifat saham preferen
a)    Tidak kumulatif dan tidak berpartisipasi (TKTB), saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya. Sedang saldo laba yang ditahan seluruhnya merupakan bagian dari para pemegang saham biasa. Begitu pun jika perusahaan mengalami defisit, defisit ini ditanggung oleh pemegang saham biasa.
b)   Kumulatif dan tidak berpartisipasi (KTB), saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya, jika semua deviden yang menjadi haknya sampai dengan tanggal terakhir telah dibagikan. Dan jika terdapat deviden yang menunggak, maka deviden tersebut harus diperhitungkan dahulu saldo Laba Yang Ditahan. Baru kemudian sisanya untuk saham biasa..
c)    Tidak kumulatif dan berpartisipasi penuh (TKB), saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya. Tidak kumulatif berarti hak atas deviden diperoleh hanya apabila perusahaan mengalami laba saja. Berpartisipasi penuh berarti jika sudah dibagikan bagian deviden untuk saham prioritas dan saham biasa sebesar persentase yang ditentukan kemudian masih terdapat sisa, maka sisa devviden tersebut dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan besarnya partisipasi modal saham prioritas terhadap modal statutair. Jika terjadi defisit, maka defisit menjadi tanggung jawab pemegang saham biasa.
d)   Kumulatif dan berpartisipasi penuh (KB), saham prioritas ini memiliki hak pemilikan/ klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan sebatas nominalnya dan juga hak atas deviden yang kumulatif serta hak atas partisipasinya. 

CONTOH LAPORAN KEUANGAN MENGGUNAKAN RASIO KEUANGAN


1       Likuiditas Perusahaan
 Likuiditas adalah  masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.  Masalah likuiditas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan cara perhitungan menggunakan rasio(quick ratio, current ratio, dan cash ratio dan dengan menghitung periode penagihan rata- rata (average collection period). Untuk laporan keuangan diatas saya menggunakan pendekatan yang pertama yaitu dengan  perhitung rasio (Current ratio, quick ratio dan cash ratio)
·  
Current ratio = (aktiva lancar : hutang lancar) x 100%

Tahun 2010     = (Rp 227.819.168.461 : Rp 123.450.557.939) x 100%
                        = 184,54 %
Tahun  2011    = (Rp 185.436.645.162 : Rp 96.911.386.652) x 100%
                        =191,34%

Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan laba perusahaan.


Quick ratio     = {(aktiva lancar – persediaan) / hutang lancar} x 100%

Tahun 2010     = {(227.819.168.461- 82.424.270.814) / 123.450.557.939} x 100%
                        = 117,77%
Tahun 2009     ={( 185.436.645.162 - Rp 68.458.457.208) /   96.911.386.652} x 100%
                        = 120,706%

rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid dan mampu menutupi hutang lancar.
Semakin besar quick ratio maka semakin baik pula perusahaan pula kondisi perusahaan. Namun apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1 atau 100%  perusahaan tersebut dianggap kurang baik.

·        
Cash ratio      = (kas / hutang lancar) x 100%
Tahun 2010     = ( 9.435.631.304 /  123.450.557.939) x 100%
                        =7,64%
Tahun 2009     = (  5.398.758.478 /  96.911.386.652) x 100%
                        = 5,57%
                       
Rasio ini menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar.

2       Solvabilitas Perusahaan
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya saat perusahaan tersebut dilikuidasi. Solvabilitas dapat diukur dengan cara membandingkan jumlah aktiva dengan jumlah hutang. Untuk laporan keuangan diatas  perhitungan solvabilitasnya saya menggunakan
“total debt to capital asset.”

Total debt to capital assets    = (total hutang / total aktiva) x 100%

Tahun 2010                             = (140.879.700.667 / 275.390.730.449) x 100%
                                                = 51,51%
Tahun 2009                             =(103.889.967.660 / 219.198.880.369) x 100%
                                                = 47,395%
                       
Kelikuidan suatu perusahaan tidak dapat ditentukan oleh solvabilitas perusahaan tersebut. Perusahaan yang solvable belum tentu likuid begitu pula sebaliknya.


3       Rentabilitas Perusahaan
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan rentabilitas berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Hal ini terjadi karena perbedaan antara aktiva dan laba yang mana yang akan dibandingkan dengan yang lain.Rentabilitas dibagi menjadi dua, yaitu:

·         Rentabilitas ekonomi
Rentabilitas ekonomi bisa iukur dengan menggunakan gross prifit margin. Untuk laporan keuangan diatas maka perhitungannya sebagai berikut:

Gross profit margin  = (laba kotor / penjualan netto) x 100%       

Tahun2010                  = (62.009.766.595 / 516.581.827.788) x 100%
                                    = 12,003%
Tahun 2009                 = (68.153.669.345 / 447.956.185.580) x 100%
                                    =15,214%

Operating ratio          ={(HPP + biaya adm) / penjualan netto} x 100%

Tahun 2010     ={(454.572.061.193+17.362.828.146) / 516.581.827.788} x  100%
                        = 91,357%
Tahun 2009     ={(379.802.516.235+16.984.119.010) / 447.956.185.580}x100%
                        =88,577%
Net Profit Margin     = (laba setelah pajak / penjualan netto)x100%

Tahun 2010                 =(  28.443.539.773 /  516.581.827.788) x 100%
                                    = 5,506%
Tahun 2009                 =(  30.909.406.991 /  447.956.185.580) x 100%
                                    = 6,9%


·         Rentabilitas usaha
Rentabilitas usaha adalah perhitungan rentabilitas suatu perusahaan dengan cara membandingkan laba usaha dengan modal sendiri.
                       

Referensi : berbagai sumber

CARA MENGATASI FRAUD DALAM LAPORAN KEUANGAN

Definisi dan Jenis-jenis Fraud

Definisi Pengawasan Intern yang terkandung dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik. Pada PP Pasal 2 ayat 1 tercantum bahwa pengendalian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dilakukan untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal pemerintah memiliki tujuan untuk mencapai pengelolaan keuangan baik di pemerintah daerah maupun pemerintah pusat sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Kegagalan pemerintah dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain penyimpangan kebijakan dan penyimpangan yang diakibatkan oleh kecurangan (fraud). Penyimpangan kebijakan dilakukan oleh manajemen puncak terutama untuk mencapai tujuan tertentu, dengan cara membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sedangkan penyimpangan kecurangan (fraud) dapat dilakukan baik oleh manajemen puncak maupun pegawai lainnya dengan untuk mendapatkan keuntungan, dengan cara melakukan tindakan-tindakan kriminal seperti korupsi, kolusi, penipuan, dan lain sebagainya.
Bagaimana cara mengatasi fraud adalah tugas bersama dari suatu organisasi pemerintahan dan sistem pengawasan internalnya. Pengenalan akan kecurangan dan dampaknya menjadi hal yang penting untuk diketahui seluaruh staf pegawai hingga manajemen puncak.
Sebagai perbandingan, pada suatu perusahaan di bidang manufaktur, perusahaan tersebut mengalami kerugian akibat kecurangan pegawai mencapai Rp. 100 juta/tahun. Jika keuntungan rata-rata perusahaan tersebut adalah 10% dari penjualan maka perusahaan tersebut harus kehilangan keuntungan dari penjualan sebesar Rp. 1.000 juta/tahun. Bayangkan penjualan perusahaan tersebut menjadi tidak berguna akibat adanya kerugian akibat kecurangan.
Demikian juga dengan kerugian atau kebocoran keuangan negara yang terjadi akibat adanya fraud. Hal ini dapat berakibat pada alokasi dana yang hilang yang telah dikumpulkan dari berbagai pendapatan negara terutama pajak yang telah didapatkan dari masyarakat. Dengan rata-rata setiap penduduk membayar pajak sekitar 15%-20% dari penghasilannya maka dapat dibayangkan kerugian negara berdampak pula pada pendapatan penduduk yang harus ditingkatkan pemerintah. Padahal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dibutuhkan sarana dan prasarana yang disiapkan oleh pemerintah yang didanai dari pajak di atas. Dan yang lebih utama adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan menjadi berkurang, termasuk pula investasi dari luar negeri berkurang, sehingga kondisi makro keuangan pemerintah menjadi terganggu pula.
Kesadaran untuk melakukan tindakan anti fraud dapat diawali dengan memberikan pengertian yang lebih tentang kerugian dan dampak fraud. Setelah itu, seiring dengan kesadaran yang meningkat, maka diupayakan untuk menghilangkan penyebab fraud. Kemudian melakukan tindakan hukuman dan penghargaan untuk lebih mempercepat peningkatan kesadaran dan budaya kerja tanpa fraud.
Penyebab terjadinya fraud adalah motivasi, sarana dan kesempatan sebagai berikut:
- Motivasi : adalah mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan atau suaru organisasi. Alasan pribadi seperti masalah keuangan dapat menjadi motivasi untuk melakukan kecurangan. Untuk suatu organisasi, fraud pun dapat dilakukan untuk mendapatkan keuntungan atau untuk mendapatkan apresiasi yang positif walaupun pekerjaan yang dilakukan tidak baik, misalnya kolusi antara kontraktor/konsultan dengan panitia pengadaan barang/jasa,
- Sarana : mencakup seluruh media yang dapat digunakan untuk melakukan kecurangan, misalnya dokumen kontrak/lelang yang diatur, transaksi keuangan dilakukan secara tunai dan tidak menggunakan pencatatan yang baik, dan lain sebagainya.
- Kesempatan : karena kurangnya pengawasan internal dan pemahaman tentang aturan dapat menjadi ruang terjadinya kecurangan.
Menurut Robert Cockerall (auditor Ernst & Young) dalam makalahnya “Forensic Accounting fundamental : Introduction to the investigations” dinyatakan bahwa lingkungan profil fraud mencakup beberapa hal yaitu motivasi, kesempatan, tujuan/objek fraud, indikator, metode dan konsekuensi fraud. Motivasi dan kesempatan memiliki pengertian yang sama dengan definisi sebelumnya. Tujuan/objek fraud adalah sarana yang digunakan untuk mencapai motivasi kecurangan di atas. Indikator fraud mengandung pengertian adanya gejala-gejala yang merujuk kepada pembuktian kecurangan. Metode fraud adalah cara-cara yang dilakukan untuk melakukan kecurangan. Sedangkan konsekuensi fraud adalah dampak kecurangan yang terjadi pada organisasi tersebut. Pada organisasi pemerintahan khususnya pada lingkup kegiatan pekerjaan umum maka dapat diberikan contoh sebagai berikut :
Seorang pengawas proyek memiliki motivasi kecurangan adalah karena kesulitan keuangan keluarga. Pegawai tersebut menggunakan kesempatan sebagai seorang pengawas proyek sesuai kewenangannya. Objek yang sesuai dengan kewenangannya sebagai pengawas adalah laporan pengawasan pekerjaan. Caranya adalah dengan melakukan manipulasi data yaitu menyetujui progress pekerjaan walaupun tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan disertai permintaan dana kepada pihak kontraktor. Indikasi yang didapatkan adalah perbedaan spesifikasi pekerjaan. Konsekuensi dari perbuatan pegawai tersebut kepada organisasi proyek adalah ketidaksesuaian mutu pekerjaan.
Berikut ini adalah jenis fraud berdasarkan subjek atau pelaku, sebagai berikut :
-employee fraud (kecurangan pegawai) : kecurangan yang dilakukan oleh pegawai dalam suatu organisasi kerja,
-management fraud (kecurangan manajemen) : kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menggunakan laporan keuangan/transaksi keuangan sebagai sarana fraud, biasanya dilakukan untuk mencurangi pemegang kepentingan (stakeholders) yang terkait organisasinya.
-customer fraud : kecurangan yang dilakukan oleh konsumen/pelanggan, misalnya kecurangan oleh pihak kontraktor/konsultan terhadap satuan kerja proyek.
-e-commerce fraud (kecurangan melalui internet) : kecurangan yang dilakukan akibat adanya transaksi melalui internet (misalnya pengadaan lelang melalui internet).
Cara Mengatasi Fraud
Fraud harus dapat dikontrol dan dijaga, sehingga tidak semakin berkembang dan merugikan organisasi pemerintahan tersebut. Cara mengontrol dan menjaga agar tidak terjadi fraud adalah sebagai berikut :
-mengendalikan suasana kerja yang baik di lingkungan kerja, antara lain dengan menanamkan etika kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja/pegawai.
-menghilangkan kesempatan untuk melakukan fraud dengan cara sistem pengawasan internal yang ketat,
Mengendalikan suasana kerja yang baik adalah merupakan tanggung jawab pimpinan disertai kerja sama dengan anggota organisasi tersebut. Lingkungan pengendalian merupakan salah satu unsur yang harus diciptakan dan dipelihara agar timbul perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerja, melalui beberapa cara yaitu penegakan integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat, penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia, perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif dan hubungan kerja yang baik dengan instansi pemeritah terkait. Hal tersebut tercantum dalam PP No. 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Pengawasan internal yang ketat diharapkan mampu mengidentifikasikan dan meredam gejala fraud. Bentuk pengawasan internal yang ketat adalah dengan audit kinerja, audit investigatif dan audit laporan keuangan sesuai Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (PERMEN PAN No. PER/05/M.PAN/03/2008) dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Audit kinerja merupakan proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan negara, dalam hal ini adalah penyusunan/pelaksanaan anggaran; penerimaan, penyaluran dan penggunaan dana; serta pengelolaan aset dan kewajiban, dan pelaksanaan tugas dan fungsi auditi yang terdiri atas aspek ekonomis, efisiensi dan efektivitas.
Audit dengan tujuan tertentu adalah audit untuk pemeriksaan khusus meliputi audit investigatif, audit mutu pengawasan internal, dan hal lain di luar bidang pengelolaan keuangan negara. Dalam menangani permasalahan fraud maka audit investigatif digunakan untuk membuktikan kebenaran indikasi terjadinya perbuatan kecurangan yang meruigkan negara dan atau potensi negara. Dalam pelaksanaan pemeriksaan khusus investigatif maka terungkaplah seluruh fakta dan proses terhadap indikasi fraud yang bertetnangan dengan peraturan. Namun pengungkapan bukti menjadi kendala terutama jika perbuatan kecurangan dilakukan secara melembaga, sehingga dibutuhkan cara pengungkapan fakta disertai bukti yang cukup. Berbagai cara investigasi dilakukan antara lain dengan wawancara langsung dengan auditi, pemeriksaan dokumen, masukan/input dari whistle blower (saksi pemberi informasi), dan teknik interogasi yang tepat. Investigasi terhadap fraud dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut menemukan indikasi awal bahwa telah terjadi fraud, biasanya identifikasi terhadap indikasi ini dilakukan oleh auditor yang telah berpengalaman, dengan melihat gejala dan bukti-bukti awal. Kemudian dilakukan investigasi untuk membuktikan prediksi dan hipotesis tersebut. Pedoman pelaksanaan pemeriksaan khusus, meliputi pula di dalamnya mengenai audit investigasi, di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sendiri sudah ditetapkan melalui PERMEN PU No. 8 tahun 2008.
Sedangkan audit atas laporan keuangan adalah audit yang bertujuan memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum Pemberian opini didasarkan atas hasil pengelolaan aset negara serta penggunaan keuangan negara yang baik dan sesuai kenyataan. Audit atas laporan keuangan dapat menjadi input bagi proses audit investigatif, terutama dalam hal mengidentifikasikan indikasi terjadinya fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak dan atau dilakukan secara melembaga.
Cara menemukan indikasi fraud dengan menggunakan audit laporan keuangan disebut dengan sistem akuntansi forensik (forensic accounting). Sistem ini dapat mengungkap fakta terjadinya kecurangan dengan mengungkap transaksi-transaksi keuangan yang mencurigakan pada laporan keuangan dan mengembangkan hasil temuan tersebut menjadi sebuah alat bukti.
Perkembangan terhadap sistem akuntansi forensik ini diharapkan mampu mengatasi kerugian dan kebocoran keuangan negara. Sistem ini awalnya berkembang semenjak kasus perusahaan-perusahaan swasta raksasa dunia yang ternyata melakukan kecurangan laporan keuangan. Kasus perusahaan WorldCom dan Enron Corp., merupakan kasus kebangkrutan terbesar yang terkait dengan kecurangan manajemen puncak dengan menggunakan laporan keuangan sebagai media/sarana fraud. WorldCom mengalami kerugian akibat fraud sebesar USD 102 Milyar dan Enron Corp mengalami kerugian sebesar USD 63 Milyar. Setelah kasus tersebut, sisrtem akuntansi forensik pun dikembangkan, tidak hanya oleh perusahaan swasta. Sistem ini pun dapat dikembangkan untuk mendeteksi adanya kecurangan dan penyalahgunaan keuangan negara.
Kata forensik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang ilmu kedokteran yg berhubungan dng penerapan fakta-fakta medis pd masalah-masalah hukum, atau ilmu bedah yg berkaitan dengan penentuan identitas mayat seseorang yg ada kaitannya dng kehakiman dan peradilan. Istilah forensik sendiri pada Bahasa Indonesia cenderung masih jarang digunakan dan hanya digunakan untuk ilmu medis dan pembuktian hukum. Sementara menurut Bologna and Linquist definisi akuntansi forensik adalah sbb :
“Forensic and investigative accounting is the application of financial skills and an investigative mentality to unresolved issues, conducted within the context of the rules of evidence. As a discipline, it encompasses financial expertise, fraud knowledge, and a sound knowledge and understanding of business reality and the working of the legal system. Its development has been primarily achieved through on-the-job training as well as experience with investigating officers and legal counsel.”
atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :
“Akuntansi forensik dan investigasi adalah aplikasi keahlian keuangan dan mentalitas penyelidikan untuk menyelesaikan isu yang sesuai dengan konteks peraturan pembuktian. Sebagai suatu disiplin ilmu, hal tersebut membutuhkan keahlian keuangan, pengetahuan akan fraud, dan pengetahuan serta pengertian tentang bisnis (sistem) riil dan hukum. Hal tersebut dapat berkembang melalui kerja praktek dan pengalaman dengan masalah investigasi dan hukum.”
Hal yang membedakan antara pemeriksaan laporan keuangan biasa dengan sistem akuntansi forensik ini adalah pada besarnya material yang mempengaruhinya. Umumnya untuk audit laporan keuangan biasa, material yang berpengaruh adalah jenis pendapatan dan pengeluaran yang bernominnal besar, sedangkan yang kecil kadang diabaikan dalam penentuan indikasi kecurangan. Pada akuntansi forensik, indikasi kecurangan tidak berdasarkan pada nominal transaksi yang besar, namun melihat pada jenis pendapatan dan pengeluaran yang mencurigakan. Pemeriksaan akuntansi forensik tidak dapat dipisahkan dari proses investigasi. Karena untuk mengungkap hal yang kecil namun mencurigakan menjadi suatu alat bukti dibutuhkan usaha yang tidak mudah, sehingga proses audit laporan keuangan akan disertai pula oleh proses penyelidikan terhadap hal tersebut.
Selain menggunakan sistem audit yang ada, penggunaan sistem informasi juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud. Penggunaan sistem informasi ini membutuhkan pengetahuan statistik dan pengelolaan data sehingga kecenderungan terjadinya fraud dapat diatasi. Sistem informasi ini merupakan jembatan penghubung antara pengalaman dan pengetahuan terhadap audit dan fraud. Kurangnya pengalaman auditor dapat diatasi dengan sistem informasi atau data base yang baik, selain peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan.
Dengan adanya data historis yang cukup mengenai fraud maka diharapkan dapat diketahui motivasi, kesempatan, objek, indikasi, metode dan konsekuensi kecurangan, atau dengan kata lain didapatkan profil fraud/kecurangan yang kemungkinan dapat terjadi kembali.
Contohnya dari data yang telah dikumpulkan maka didapatkan profil kecurangan sebagai berikut motivasi kecurangan pegawai adalah memperkaya diri, kesempatan kecurangan adalah melalui proses lelang, objek kecurangan yaitu paket pengadaan barang/jasa, metode kecurangan adalah dengan pemecahan paket pengadaan agar proses pengadaan dilakukan dengan penunjukan langsung atau pelelangan terbatas. Indikasi kecurangan adalah adanya perubahan nilai dan kegiatan proyek. Sementara konsekuensi yang diterima organisasi adalah ketidakpercayaan pihak penyedia jasa lain kepada panitia pengadaan barang/jasa.
Dengan penggunaan data base maka proses deteksi pada kecurangan menjadi lebih cepat. Proses deteksi kecurangan yang biasanya diawali dengan audit kinerja secara umum kemudian baru ditemukan adanya indikasi kecurangan, berkembang lagi menjadi investigasi dan terakhir menemukan bukti, kini prosesnya dapat lebih cepat, yaitu menemukan kemungkinan kecurangan yang dapat terjadi berdasarkan data base, untuk kemudian di-evaluasi apakah kemungkinan tersebut terjadi atau tidak pada kegiatan yang di-audit.
Penggunaan sistem informasi hanya merupakan cara deteksi awal, untuk kemudian proses investigasi dilakukan sesuai teknik audit investigasi.
Kesimpulan
Fraud adalah bentuk kecurangan untuk mendapatkan keuntungan pribadi maupun lembaga/organisasi. Kecurangan yang bersifat lembaga lebih kompleks dibandingkan dengan kecurangan yang dilakukan oleh pribadi. Kecurangan/fraud mengakibatkan kerugian yang besar. Dalam pemerintahan, kerugian yang diterima bukan hanya kehilangan atau kebocoran uang negara, namun juga berakibat pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah serta menurunnya tingkat investasi. Cara mengatasi fraud terbagi atas 3 tindakan yaitu tindakan preventif, tindakan deteksi dan tindakan investigasi. Tindakan preventif merupakan tanggung jawab bersama antara manajemen puncak dengan stafnya, untuk menciptakan dan mengembangkan budaya kerja yang beretika dan lingkungan kerja yang baik. Tindakan deteksi adalah cara mengidentifikasi kecurangan yang terjadi. Metode yang digunakan dalam deteksi atas fraud dibagi atas metode konvensional dan metode sistem informasi. Metode konvensional adalah dengan cara menemukan indikasi setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terlebih dahulu. Salah satu cara menemukan indikasi kecurangan, terutama yang dilakukan secara lembaga, adalah dengan menggunakan sistem Akuntansi forensik, yaitu dengan cara memeriksa transaksi yang mencurigakan pada laporan keuangan, baik nominal yang besar maupun yang kecil. Sementara metode sistem informasi adalah dengan cara melakukan perbandingan profil kecurangan yang dapat terjadi, meliputi motivasi, kesempatan, objek fraud, metode fraud, indikasi fraud dan konsekuensi yang diterima organisasi. Tindakan investigasi adalah proses penyelidikan sehingga didapatkan pembuktian yang cukup. Tindakan-tindakan pengawasan tersebut adalah cara untuk mengatasi kecurangan sehingga kehilangan keuangan negara dapat terus ditekan dan pada akhirnya tercapai tujuan untuk menghilangkan kebocoran dan kerugian negara.

Rabu, 23 April 2014

PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI MENURUT HARGA PEROLEHAN DAN PROSEDUR PENCATATAN HARGA POKOK



Pengertian Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi Dengan Metode Harga
Perolehan/Metode Cost

Metode “Harga Perolehan” diikuti untuk mencatat investasi saham-saham perusahaan anak, maka hanya deviden atas saham-saham tersebut yang diakui sebagai pendapatan (revenue) oleh perusahaan induk. Dan laba atau rugi atas pemilikan modal hanya timbul apabila sebagian atau seluruh jumlah saham yang dimiliki itu dijual.

Ciri-ciri Metode Cost:
1. L/R yang diperoleh perusahaan anak tidak dilakukan penjurnalan
2. Eliminasi saldo Modal, Agio,  LYD perusahaan anak ditentukan dengan bertitik tolak pada posisi neraca
3. Hak Minoritas ditentukan dengan bertitik tolak pada posisi akhir setelah transaksi dikertas kerja konsolidasi

Di dalam neraca konsolidasi, tidak ada perbedaan antara metode pencatatan terhadap investasi saham-saham perusahaan anak baik pada metode harga perolehan atau pada metode equity. Kedua metode tersebut menghasilkan neraca yang menunjukkan posisi keuangan yang sama, tapi kedua metode tersebut menghasilkan saldo dalam rekening investasi saham dan rekening laba yang ditahan pada buku-buku perusahaan induk yang berlainan.

Perbedaan antara metode equity dengan metode harga perolehan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Keterangan
Metode Equity
Metode Harga Perolehan
Rekening Investasi
Saham Perusahaan anak


Bagian laba yang
 diperoleh

Laporan Laba – Rugi
Berubah – ubah sesuai
 perubahan jumlah kekayaan bersih perusahaan anak

Dicatat dalam laporan
keuangan (neraca) yang
 dikonsolidasi
Tidak mencantumkan
 “pendapatan atau kerugian” atas investasi saham,
Jumlahnya selalu tetap kecuali ada penjualan atau pembelian tambahan atas saham yang dimiliki
Tidak hanya diakui pada laporan keuangan (neraca)

Bagian deviden dicatat debit pada rekening piutang deviden (kas), dengan
 rekening “penghasilan
 deviden” pada sisi kredit

Prosedur Pencatatan Metode Harga Pokok (Cost Method)

Metode harga pokok didasarkan pada teori bahwa akuntansi untuk suatu investasi pada perusahaan anak harus sama dengan akuntansi untuk investasi jangka panjang dalam surat berharga. Sebagai landasan metode ini, perusahaan anak dan induk diperlakukan sebagai dua perusahaan yang berbeda, penerimaan deviden atas pemilikan saham diakui sebagai penghasilan/laba/rugi investasi baru diakui setelah surat berharga yang dimiliki terjual. Walaupun antara perusahaan anak dan induk secara yuridis merupakan satu kesatuan ekonomi, akan tetapi dari sudut akuntansi untuk keduanya dianggap mempunyai kesatuan usaha yang terpisah.